![]() |
Eks Direktur WHO Prof. Tjandra Yoga Aditama, Beberkan Bakteri Penyebab Keracunan Massal di Program MBG |
Jakarta – INFO BS : Hasil laboratorium resmi akhirnya mengungkap penyebab keracunan massal yang terjadi dalam program Makan Bergizi Gratis (MBG). Mantan Direktur WHO, Prof. Tjandra Yoga Aditama, menjelaskan bahwa dua jenis bakteri utama menjadi penyebab terjadinya kasus tersebut. Temuan ini sekaligus menjadi peringatan penting agar pengawasan keamanan pangan di seluruh rangkaian MBG diperketat.
Menurut Prof. Tjandra, kasus keracunan bisa muncul di mana saja, tetapi temuan laboratorium harus dijadikan dasar yang kuat untuk melakukan langkah pencegahan. Ia menekankan bahwa pengujian secara menyeluruh dari hulu ke hilir sangat penting agar masalah serupa tidak berulang di kemudian hari.
Berdasarkan hasil uji Laboratorium Kesehatan Daerah (Labkesda) Jawa Barat, dua jenis bakteri paling sering terdeteksi pada sampel makanan MBG adalah Salmonella dan Bacillus cereus.
Salmonella - umumnya ditemukan pada makanan kaya protein seperti daging, telur, dan unggas yang tidak dimasak dengan sempurna atau terkontaminasi.
Bacillus cereus - lebih sering muncul pada makanan berbahan karbohidrat, seperti nasi, yang dibiarkan terlalu lama pada suhu ruang sehingga memungkinkan pertumbuhan bakteri.
Selain itu, laporan Labkesda Jabar juga mencatat temuan bakteri lain seperti Escherichia coli , Staphylococcus aureus , dan Vibrio cholerae . Tidak hanya dari aspek mikrobiologi, analisis kimia juga menunjukkan adanya 8% sampel dengan kadar nitrit melebihi ambang batas aman.
Prof. Tjandra menjelaskan bahwa WHO mengklasifikasikan penyebab keracunan makanan ke dalam lima kategori besar, yakni bakteri, virus, parasit, prion, dan kontaminan kimia. Meski begitu, ia menegaskan bahwa data WHO ini hanya kerangka acuan umum dan tidak serta-merta menjelaskan seluruh kasus MBG.
Sebelumnya, Presiden Prabowo Subianto menegaskan bahwa ia akan memanggil Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) untuk meminta penjelasan rinci terkait kasus ini. Presiden menilai program MBG yang sejatinya bertujuan meningkatkan gizi masyarakat tidak boleh justru menimbulkan masalah kesehatan.
Kasus ini menjadi peringatan keras bahwa pengawasan kualitas makanan dalam program besar berskala nasional harus ditangani dengan standar ketat. Mulai dari proses penyimpanan, pengolahan, distribusi, hingga uji laboratorium secara rutin perlu diperkuat. Dengan begitu, program MBG dapat berjalan sesuai tujuan awalnya, yakni memberikan manfaat nyata tanpa membahayakan masyarakat.
(Sumber: cnbcindonesia.com)
(kTrb-02)