Jakarta – INFO BS : Wakil Ketua Komisi IX DPR RI dari Fraksi Partai Golkar Yahya Zaini menyoroti terkait insiden ratusan siswa di Bogor, Jawa Barat yang mengalami keracunan usai mengonsumsi Makan Bergizi Gratis (MBG).
Yahya Zaini mengungkapkan bahwa sebelumnya dalam RDP Komisi IX bersama Badan Gizi Nasional (BGN), BGN telah berjanji melakukan evaluasi dengan memperketat pengawasan.
“Waktu RDP dulu dengan Komisi IX DPR pihak BGN ini kan berjanji akan melakukan evaluasi sejumlah kasus-kasus keracunan makanan dengan memperketat pengawasan,” ungkap Yahya kepada wartawan, Jakarta, Jumat (16/5/25).
Dengan itu, Yahya mendesak BGN untuk bekerja sama dengan pihak-pihak terkait dalam melakukan pengawasan pelaksanaan MBG di lapangan. Menurutnya, keterlibatan sekolah, pemda, BPOM hingga puskesmas penting untuk memastikan zero accident.
“Komisi IX DPR mendesak supaya pengawasan tersebut melibatkan pemda, BPOM, sekolah dan puskesmas. Keterlibatan pihak-pihak tersebut sangat penting untuk memastikan zero accident,” tegasnya.
Selain itu, Yahya juga mengatakan bahwa selama ini BGN memiliki Sumber Daya Manusia (SDM) yang terbatas sehingga perlu kerja sama pengawasan dari lembaga lain. Ia menegaskan kasus-kasus keracunan MBG yang dialami siswa tidak boleh dibiarkan.
“Selama ini BGN bekerja sendiri sementara SDM-nya sangat terbatas. Tanpa pengawasan yang ketat sulit kasus keracunan tidak terjadi. Hanya menunggu waktu kejadian keracunan akan menyusul di tempat lain,” jelasnya.
“Walaupun persentasenya kecil hanya sekitar 0,05% tapi kasus keracunan tidak boleh dibiarkan. Selama ini BGN bangga dengan capaian yang telah diraih. Tapi lupa dengan kasus-kasus keracunan tersebut yang telah melibatkan ratusan siswa,” pungkas Yahya.
Sebelumnya, diketahui bahwa sejumalh siswa yang mengalami keracunan diduga setelah mengonsumsi menu MBG di Kota Bogor, Jawa Barat, bertambah. Terbaru, total sebanyak 223 siswa TK hingga SMA tercatat mengalami keracunan.
Data dari Kepala Dinas Kesehatan Kota Bogor, Sri Nowo Retno tercatat hingga Senin (12/5), berdasarkan penyelidikan epidemiologi lanjutan terhadap 13 sekolah. Sebanyak lima orang menjalani rawat inap dan empat orang lainnya menjalani rawat jalan.
